ATEROSKLEROSIS
AORTA
Subhiyawati
Burhan, Besse Arfiana Arif, Luthfi Attamimi
A.
PENDAHULUAN
Aterosklerosis
adalah penyakit yang paling sering menyerang susunan pembuluh darah arteri.
Aterosklerosis mula-mula ditandai dengan deposit lemak pada tunika intima arteri.
Selanjutnya dapat terjadi kalsifikasi, fibrosis, trombosis dan perdarahan yang
akan membentuk plak aterosklerosis yang kompleks atau ateroma. Kemudian tunika
media mengalami degenerasi bahkan nekrosis pada lapisan otot polos dimana
proses ini berlangsung progresif menyumbat lumen pembuluh darah dan melemahkan
dinding arteri.1
Meskipun faktor
resiko yang tersebar luas seperti usia, kolesterol tinggi, dan obesitas secara
signifikan meningkatkan resiko aterosklerosis, formasi plak yang terbentuk
predominan pada tempat tertentu dalam sirkulasi sehingga menjadi faktor lokal
yang sangat berpengaruh dalam sirkulasi. Plak aterosklerosis lebih sering ditemukan pada titik percabangan arteri dan
area sekitar lengkungan pembulu darah sedangkan segmen pembuluh darah yang
lurus dan tidak bercabang biasanya terhindar.2
Aterosklerosis
perlu dibedakan dengan arteriosklerosis. Aterosklerosis adalah penyakit arteri
berukuran besar dan sedang akibat terbentuknya lesi lemak yang disebut plak
ateromatosa pada permukaan dalam dinding arteri. Arteriosklerosis sebaliknya
adalah istilah umum yang merujuk pada kekakuan dan penebalan pembuluh darah apa
saja.3
Aterosklerosis
yang pada aorta dapat berupa plak dimana komponen plak ini ada yang bersifat
mobile atau dapat bergerak dan disebut debris mobile, plak mobile dan lapisan
trombus yang tipis. Lesi mobile yang paling sering yaitu trombus. Data klinis
menunjukkan bahwa plak yang berisiko tinggi untuk mengalami embolisasi adalah
yang memiliki ketebalan ≥4 mm. Boleh dikatakan
lesi ini sebagai plak parah. Akhirnya, istilah plak kompleks digunakan
untuk menyebut plak yang ≥ 4 mm (plak yang parah), mengandung komponen mobile
(paling sering trombus), atau keduanya.4
B.
EPIDEMIOLOGI
Frekuensi terjadinya aterosklerosis yang
sebenarnya sangat sulit untuk ditentukan karena sebagian besar menunjukkan
gejala yang asimptomatis. Proses aterosklerosis
sendiri dimulai pada masa kanak-kanak yang ditandai dengan timbulnya fatty
streaks yang akan terus berkembang sampai usia remaja. Lesi tahap lanjut
mulai timbul pada dekade kedua dan bermanifestasi klinis pada dekade keempat
dan kelima.Aterosklerosis paling sering terjadi
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Tingginya prevalensi pada
laki-laki disebabkan karena adanya efek protektif hormon seks pada perempuan dan efek ini akan
hilang setelah menopause. Kebanyakan kasus aterosklerosis terjadi pada pasien
umur 40 tahun ke atas.5,6
Dalam sebuah
studi SPARC yang menggunakan TEE meneliti pada 588 pasien rata-rata umur 66,9
tahun. Dari hasil penelitian ditemukan sekitar 43,7% memiliki plak
aterosklerosis aorta dimana yang memiliki plak aterosklerosis kompleks sekitar
7,6% dari pasien. Plak aterosklerosis pada aorta ascenden ditemukan sekitar
8,4% dimana plak aterosklerosis kompleks 0,2%. Pada arkus aorta ditemukan plak
aterosklerosis sekitar 30% dengan plak aterosklerosis kompleks 2,2%. Sedangkan
pada aorta descendens ditemukan 44,9% dan plak aterosklerosis kompleks sekitar
6,0%. Namun informasi ini berlaku untuk populasi relatif tua yang homogen
(berkulit putih). Setengah dari pasien adalah laki-laki. Prevalensi aorta plak
aterosklerosis di kelompok lain tidak diketahui.4
C.
ANATOMI
FISIOLOGI
Aorta berjalan
melalui rongga thorak dan abdomen dan segmen-segmen aorta disebut berdasarkan
lokasinya. Aorta torasika dibagi menjadi segmen aorta torasika ascendens, arkus
aorta transversal dan aorta torasika descendens. Aorta abdominalis berjalan di
bagian bahwah diafragma dan menyuplai beberapa organ abdomen. Aorta kemudian
bercabang menjadi arteri iliaka komunis. Arteri iliaka komunis kemudian
bercabang lagi menjadi arteri iliaka eksterna dan arteri hipogastrika.1
Gambar
1. Anatomi aorta
(Dikutip
dari kepustakaan 7)
Aorta
memiliki dinding dengan banyak lapis elastin berfenestra (bertingkap) pada
tunica medianya. Dindingnya tampak kuning dalam keadaan segar akibat banyanya
elastin. Pembuluh konduksi utama ini direnggangkan selama jantung berkontraksi
(sistol), dan penguncupan akibat kelenturan dindingnya selama diastol berfungsi
sebagai pompa tambahan untuk mempertahankan aliran agar tetap meskipun jantung
berhenti berdenyut sesaat. Dindingnya sangat kuat, tetapi kalau dibandingkan
dengan besarnya relatif lebih tipis dari arteri sedang.8
Tunica intima
Pada orang
dewasa tebalnya sekitar 127 mikron. Tunica
intima ini terdiri atas endotel yang berbentuk poligonal, dengan panjang
25-50 mm dan lebar 10-15 mm, sumbu panjangnya terorientasi memanjang. Di bawah
sel-sel endotel ini terdapat anyaman serabut-serabut kolagen dengan sel-sel
otot polos berbentuk kumparan. Lebih ke dalam, terdapat banyak serabut-serabut
elastis yang bercabang saling berhubungan. Di antaranya terdapat beberapa
serabut kolagen, fibroblas, dan berkas-berkas kecil otot polos.8
Tunica media
Terdiri atas
banyak serabut elastin konsentris dengan fenestra yang berselang-seling dengan
lapis tipis terdiri atas sel-sel otot polos terorientasi melingkar, dan
serat-serat kolagen elastin dalam proteoglikan matriks ekstrasel. Ketebalannya
sekitar 2-5m. Karena banyaknya elastin dalam arteri besar, maka otot polos
relatif sedikit pada tunica media.8
Tunica adventitia
Relatif tipis
dan terdiri atas fibroblas, berkas memanjang serat kolagen, dan anyaman longgar
serat elastin halus.8
Dinding aorta
terlalu tebal sehingga memiliki microvaskulator sendiri yang disebut vasa
vasorum, untuk mendapat nutrisi dari lumen. Vasa vasorum tersebar di permukaan
pembuluh membentuk anyaman dalam tunica
adventitia dari mana kapiler-kapiler menerobos sampai ke dalam tunica
media. Untuk lapisan dalam yang tidak tercakup oleh kapiler tersebut, nutrisi
diterima langsung secara difusi dari lumen. Akibat kondisi-kondisi tersebut
maka dinding arteri lebih mudah mengalami degenerasi dibandingkan jaringan lain
dalam tubuh.8
Gambar
2. Histologi aorta
(Dikutip
dari kepustakaan 9)
D.
ETIOLOGI
Penyebab dasar
dalam terbentuknya aterosklerosis yakni peningkatan lipoprotein densitas rendah
(LDL) dan hiperkolesterolemia. Namun pada beberapa orang meskipun kadarnya
normal namun plak aterosklerosis masih terbentuk. Faktor resiko lain yang
menjadi presdisposisi yaitu kurangnya aktifitas fisik dan obesitas, diabetes
melitus, hipertensi, hiperlipidemia dan merokok.3
E.
PATOGENESIS
Dahulu
aterosklerosis dianggap merupakan kelainan degeneratif yang berjalan secara
gradual dan progresif sampai terjadi oklusi vaskuler total. Saat ini diketahui
bahwa terdapat hubungan antara derajat stenosis dan terjadinya kejadian koroner
(coroner events). Stenosis ringan atau sedang dapat menyebabkan terjadinya
infark miokard karena terbentuknya trombus pada plak aterosklerosis yang
menyebabkan oklusi total.10
Penelitian
dengan pendekatan biologi molekuler dan genetik mendapatkan pengertian yang
lebih baik mengenai mekanisme seluler dan molekuler aterosklerosis.10
Menurut
hipotesis response to injury , aliran darah dapat menyebabkan denudasi
endotel pada tempat tertentu. Dengan adanya faktor-faktor sistemik lain
misalnya dislipidemia, hipertensi, merokok, hiperglikemi akan menyebabkan
kaskade aterosklerosis. Hipotesis ini menyatakan bahwa kerusakan sel endotel
merupakan awal terjadinya aterosklerosis. Saat ini diketahui bahwa bukan
denudasi endotel melainkan disfungsi endotel yang merupakan salah satu
manifestasi dini aterosklerosis. Disfungsi endotel disebabkan oleh
faktor-faktor risiko tradisional seperti dislipidemia, hipertensi, DM dan
merokok dan faktor-faktor risiko lain misalnya homosistein dan hemostatik.
Disfungsi endotel dapat terjadi secara lokal dan akut dengan perubahan kronik
yang menyebabkan peninggian permeabilitas plasma lipoprotein, pengurangan
bioavibilitas Nitric Oxide (NO), hiperadesi lekosit, gangguan
keseimbangan zat vasoaktif, zat perangsang dan penghambat pertumbuhan, zat pro
dan antitrombotik. Hal ini merupakan permulaan proses proliferatif pada dinding
arteria yang akan berkembang menjadi plak aterosklerotik.10
Endotel mengatur tonus vaskuler melalui zat
vasodilator dan vasokonstriktor yang mempengaruhi aktivitas otot polos
vaskuler. Zat vasodilator yang penting adalah NO yang diproduksi dari asam amino
L-arginine oleh endotelial nitric oxide sintease (NOS). Selain
menyebabkan vasodilatasi, NO juga menghambat oksidasi LDL, mengurangi ekspresi endothelial
leucocyte adhesion molecule, menghambat proliferasi sel otot polos,
produksi endotelin dan agregasi platelet. Dengan demikian pengurangan
bioevaibilitas NO akan menyebabkan permulaan dan progresi proses aterosklerosis
serta mengaktifkan terjadinya manifestasi klinik aterosklerosis.10
Disfungsi
endotel merupakan proses awal yang menyebabkan penetrasi lipid dan sel
inflamasi (monosit dan limfosit T). Sekresi kemokin dan faktor pertumbuhan
menyebabkan sel otot polos migrasi ke intima dan berproliferasi. Sel otot polos
juga memproduksi jaringan ikat kolagen dan elastin bersama membentuk kapsula
dari plak aterosklerotik. Pengendalian faktor risiko akan memperbaiki fungsi
endotel.10
Gambar 3. Injury Endotel menyebabkan penetrasi
lipid dan sel inflamasi
(Dikutip dari
kepustakaan 10)
Pada hipotesis
lipid yang dianggap sebagai pemicu aterosklerosis adalah dislipidemia terutama
kolesterol LDL yang menembus endotel dan mengalami proses modifikasi menjadi
LDL oksidasi . LDL-oks bersifat kemoaktraktan untuk monosit dan sel otot polos.
Monosit akan menempel dan migrasi ke subendotel kemudian berubah menjadi
makrofag yang memfagosit LDL-oks dan menjadi sel busa (foam cell) yang
merupakan awal aterosklerosis.10
Akumulasi lipid
subendotel yang disebut fatty streak yang terdiri dari makrofag dan
limfosit T. Hiperkolesterolemia terutama peningkatan kolesterol LDL akan menyebabkan peningkatan permeabilitas
endotel, meningkatkan perpindahan dan retensi intimal lipoprotein. Mula-mula
LDL akan dioksidasi menjadi minimally modified LDL (MM-LDL), akan
merangsang sel vaskuler lokal untuk menghasilkan kemokin (MCP-1/ monosit
Chemotactic Protein) yang akan merekrut monosit , sitokin (IL-6, IL-8) dan adhesion
molecule (VCAM-1/ Vascular Cell Adhesion Molecule, ICAM-1/
intercellular adhesion molecules-1 , dan E selektin) yang menyebabkan adesi
monosit dan limfosit T. Monosit akan berubah menjadi makrofag oleh pengaruh macrofag
colony stimulating faktor (MCSF) yang disekresi sel endotel dan sel otot
polos. Monosit dan makrofag lebih lanjut merangsang peroksidasi LDL. LDL-oks
akan merangsang pembentukan leucosyte adhesion molecule (LAM), kemokin,
faktor pertumbuhan, proliferasi otot polos, menghambat vasodilatasi dan
merangsang produksi radikal bebas atau ROS (Reactive Oxigen Species).
Makrofag menangkap LDL-oks melalui scavenger receptor (SR) yang tak
mengenal down regulation dan berubah menjadi sel busa yang nantinya akan
membentuk fatty streak. Makrofag juga akan mensekresi faktor
pertumbuhan, faktor kemotaktik, sitokin.10
Proses inflamasi
juga berperan penting pada proses aterosklerosis dan bahkan sudah terjadi sejak
awal sampai terjadinya ruptur plak aterosklerosis Berbagai faktor risiko
seperti hipertensi, DM , dislipidemia menyebabkan peningkatan produksi ROS oleh
endotel, sel otot polos dan sel adventisia. ROS terbukti mengawali berbagai
proses aterosklerosis. Stres oksidatif adalah gangguan keseimbangan antara ROS
dan anti oksidan, berperan penting meningkatkan LDL-oks dan penambahan
degradasi NO. Stres oksidatif akan menyebabkan gangguan vasodilatasi dan
merupakan keadaan prokoagulan juga mengaktifkan sistem renin-angiotensin (RAS)
dengan cara Angiotensin II (Ang II) yang ditangkap oleh AT1-R (angiotensin
II type 1 receptor) yang menyebabkan ekspresi ROS.10
Pada
perkembangannya lesi aterosklerosis mengandung semua respon seluler yang
merupakan suatu “ inflamatory-fibroproliferative response to injury”,
adanya inflamasi yang diikuti oleh proses reparasi di dinding arteri.10
Progresi dari injury
dan inflamasi pada aterosklerosis akan menyebabkan pembentukan fibroateroma
yang menjadi plak aterosklerosis. Adanya akumulasi kolesterol pada dinding
vaskuler merupakan tanda dari aterosklerosis. Apabila terdapat akumulasi lipid
ekstraseluler maka stadium fatty streak telah dilampaui. Lipid
ekstraseluler dapat berasal dari luar atau dapat berasal dari sel busa yang
mati. Akumulasi lipid ini akan menjadi inti lipid (lipid core) yang akan
diselubungi kapsula fibrosa yang terdiri dari sel otot polos dan matrik
ekstraseluler yang terdiri dari jaringan ikat yang dihasilkan otot polos.
Progresi plak aterosklerosis tidak hanya tergantung akumulasi lipid tetapi juga
oleh jumlah jaringan ikat yang disekresi sel otot polos dan jumlah sel otot
polos sendiri sehingga plak ini merupakan suatu struktur yang heterogen.10
Plak stabil
mempunyai kapsula yang tebal dan inti lipid yang kecil, sedangkan plak tak
stabil mempunyai inti lipid besar dengan kapsula yang tipis. Disini juga harus
dipertimbangkan proses inflamasi yang menyebabkan penambahan MMP (matrix metalloproteinase)
yang disekresi oleh makrofag yang dapat mendegradasi matrik ekstraseluler
(kapsula plak) sehingga terjadi fisura dan ruptur.10
Terdapat juga
hipotesis yang menyatakan bahwa beberapa mikroorganisme mempunyai peran pada
patogenesis aterosklerosis namun masih perlu penelitian lebih lanjut.
Mikroorganisme yang banyak diteliti dari golongan virus dan bakteria misalnya cytomegalo
virus, Helicobacter pylori dan Chlamydia pneumoniae. Penelitian
Metzkor-Cotter dkk menunjukkan bahwa mikroorganisme infeksius tidak merupakan
faktor risiko independen untuk penyakit kardivaskuler. Hubungan infeksi dengan
aterosklerosis adalah peran infeksi yang menyebabkan kerusakan awal, efek
prokoagulan dari infeksi, perubahan serum lipid, peninggian produksi sitokin
yang menyebabkan respon inflamasi lokal dan sistemik.10
Gambar
4. Patogenesis aterosklerosis
(dikutip
dari kepustakaan 6)
F.
DIAGNOSIS
Gambaran Klinis
Manifestasi
klinis aterosklerosis timbul akibat oklusi vaskular dan stenosis disebabkan
deposit pada intima atau embolisasi atau dari pembentukan aneurisma akibat
degenerasi tunika media. Penyebab tersering penyakit akibat aterosklerosis pada
pembuluh darah perifer adalah oklusi dan pada aorta sering menjadi tempat
terjadinya aneurisma.1
Aorta dapat
mengalami aterosklerosis. Adanya plak aterosklerosis pada aorta menunjukkan
telah terjadinya proses aterosklerosis yang luas pada tubuh seseorang.4
Gejala-gejala
dari aterosklerosis umumnya bervariasi. Penderita aterosklerosis ringan dapat
mengalami gejala infark miokard dan pasien yang menderita aterosklerosis
tingkat lanjut dapat tidak mengalami gejala-gejala yang berarti. Jadi tidak ada
perbedaan gejala-gejala klinis antara aterosklerosis yang ringan ataupun yang
telah parah. Aterosklerosis dapat menjadi kronik dengan menunjukkan tanda-tanda
kerusakan yang meningkat sebanding dengan umur (penyakit degeneratif) dan
lamanya menderita aterosklerosis. Meskipun merupakan sebuah penyakit sistemik
yang mengglobal tetapi aterosklerosis dapat pula hanya menyerang salah satu
organ tubuh dimana hal ini bervariasi untuk masing-masing penderita.5
Adanya
penyempitan diameter pembuluh darah akibat penumpukan jaringan fibrous (plaque)
yang makin lama makin besar. Penyempitan dapat mencapai hingga nilai 50-70%
dari diameter pembuluh awal. Hal ini berakibat terganggunya sirkulasi darah
kepada organ yang membutuhkan sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi sel
terganggu. Contoh penyakit yang berhubungan dengan masalah ini adalah angina
pectoris, mesenterik angina, dan lain sebagainya.5
-
Plak yang telah terbentuk dapat pecah
dan mengalir mengikuti pembuluh darah menjadi trombus dan emboli. Trombus ini
dapat menyumbat arteri-arteri penting tubuh yang penting. Jika menyumbat arteri
koroner maka dapat mengakibatkan otot jantung mengalami iskemia (kekurangan
nutrisi) dan selanjutnya dapat memicu terjadinya infark miokard dan stroke.
Emboli ini dapat juga terjadi secara tanpa sengaja pada peristiwa pembedahan
aorta, angiograf, dan terapi trombolitik pada pasien aterosklerosis.
-
Angina pektoris ditunjukkan dengan
perasaan tidak nyaman pada daerah retrosternal dan menyebar ke daerah lengan
kanan yang kadang-kadang disalah artikan sebagai gejala dyspnea. Angina
pectoris timbul setelah melakukan kerja berat dan diobati dengan beristirahat
atau terapi nitrat. Jika angina pektoris berlanjut dan terjadi berulang-ulang
dapat berlanjut kepada infark miokard (serangan jantung).
-
Stroke merupakan kelanjutan dari adanya
sumbatan pada pembuluh darah otak. Akibatnya sel-sel otak mengalami iskemia dan
mengalami gangguan dalam hal fungsinya.
-
Penyakit vaskuler perifer meliputi
perasaan pegal, impotensi, luka yang tak kunjung sembuh dan infeksi pada daerah
ekstremitas. Perasaan pegal ini meningkat setelah berolahraga dan sembuh ketika
beristirahat. Perasaan ini dapat diikuti dengan kulit kepucatan atau kesemutan.
-
Iskemia pada organ-organ visceral
berakibat pada kerusakan susunan dan fungsi dari organ yang terkena.
-
Mesenterik angina ditandai dengan sakit
pada epigastrium atau periumbilikal setelah makan dan dianalogkan dengan
hematemesis, diare, defisiensi nutrisi, atau berkurangnya berat badan.
-
Aneurisma pada aorta abdominalis dimana
aorta abdominalis mengalami kerusakan sehingga membesar menimbulkan sebuah
benjolan pada dinding luar aorta abdominalis.
-
Emboli arteri sering timbul bersamaan
dengan nekrosis pada jari-jari, pendarahan saluran pencernaan, infark miokard,
iskemia pada retina, infark serebral, dan gagal ginjal
Aspek Fisik
Tanda-tanda fisik dari
aterosklerosis meliputi adanya penimbunan lemak, pelebaran dan kakunya arteri
muskular yang besar, dan iskemia atau infark dari beberapa organ tertantu.
Berikut ini disajikan tanda fisik dari aterosklerosis :
- Penyakit
pada arteri koroner: Ditandai dengan adanya bunyi jantung keempat yang semakin
jelas, takikardi, hipotensi, atau hipertensi.
- Penyakit
serebrovaskuler : Ditandai dengan tidak terabanya denyut nadi pada arteri
karotis dan kemunduran dari fungsi otak
- Penyakit
vaskuler perifer : Ditandai dengan penurunan denyut nadi perifer, sumbatan pada
erteri perifer,sianosis perifer, gangrene, atau luka yang sukar sembuh
- Aneurisma
pada aorta abdominalis : Ditandai dengan timbulnya benjolan pada arteri
abdominalis atau kolapsnya sistem sirkulasi
- Emboli
pada arteri : Ditandai dengan gangren, sianosis, munculnya “pedal pulses” yang
dikaitkan adanya penyakit makrovaskular dan emboli kolesterol.5
Pemeriksaan Radiologis
1.
X-ray
Terjadinya
aterosklerosis pada aorta memberikan gambaran radiologi berupa penebalan
dinding aorta atau adanya kalsifikasi pada aorta. Meskipun demikian, penebalan
pada aorta juga dapat terjadi pada intramural hematoma, aortitis, dan trombus.
Kalsifikasi pada aorta dapat terjadi pada lapisan intima dan media.
Aterosklerosis paling sering menyebabkan kalsifikasi pada bagian intima
sedangkan pada bagian media sering dihubungkan dengan penuaan, diabetes,
penyakit ginjal end stage, neuropati
dan sindrom genetik.11
A
B
Gambar 5. A.
foto X-ray dada lateral menggambarkan adanya kalsifikasi pada dinding aorta. B.
Foto abdomen menggambarkan kalsifikasi pada dinding aneurisma aorta
abdominalis.
(dikutip dari
kepustakaan 12)
2.
Ultrasonografi
Pemeriksaan
ultrasonografi untuk aorta dapat menjadi lebih mudah dan cepat meskipun tidak
dapat menampilkan hasil yang lebih terperinci seperti pada aortogram dengan
kontras. Dengan real time, selain dapat mengukur kaliber aorta, juga dapat
sekaligus mengukur pulsasi, cabang-cabang dan isi aorta tersebut. Proses
degenerasi pada aorta pada gambaran ultrasonografi dapat terlihat sebagai aorta
yang berkelok-kelok dan sering disertai dengan ateromatosis plaque atau kalsifikasi dinding aorta. Hal ini akan
terlihat sebagai bercak-bercak hiperekoik dengan atau tanpa pembayangan
akustik.13
Gambar
6. Dinding aorta berkelok-kelok dengan adanya plak ateroma dengan bayangan
akustik dibawahnya.
(Dikutip
dari kepustakaan 13)
3.
Angiografi
Pemeriksaan
angiografi merupakan pemeriksaan pembuluh darah dengan menggunakan kontras. Pemeriksaan
ini terdiri atas arteriografi dan flebografi-venografi. Arteriografi yang
dilakukan untuk memeriksa aorta disebut aortografi. Aterosklerosis pada aorta
torakalis memiliki gambaran angiografi penyakit aterosklerosis dimana-mana
termasuk lumen yang irreguler akibat plak dengan atau tanpa kalsifikasi.13,14
Gambar 7.
Gambaran angiografi aneurisma aterosklerosis pada aorta descendens pasien pria
umur 68 tahun
(Dikutip dari
kepustakaan 14)
4.
Transesofageal echocardiography
Transesofageal
ecocardiography (TEE) merupakan suatu pemeriksaan plak yang lebih akurat.
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosis trombus yang mobile. Pemeriksaan
dengan TEE dapat mengevaluasi secara detail dan akurat pada aorta termasuk pula
cabang-cabangnya.4
Komposisi plak dapat di
evaluasi termasuk plak kalsifikasi. Penentuan ini penting sebab dapat
menentukan resiko terjadinya emboli. Resiko lebih rendah terjadi emboli jika
plak pada aorta berupa kalsifikasi. Hal ini terjadi disebabkan karena pada plak
non kalsifikasi yang memberikan gambaran hipoechoic pada TEE lebih mudah
mengalami ruptur dan trombosis dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya stroke
dan kerusakan organ yang lain.4
Kemampuan untuk merekam
berbagai jenis plak pada aorta menjadikan TEE berguna untuk memperkirakan
resiko yang akan terjadi dan memantau respon terhadap terapi 4
Gambar 8. Gambaran
TEE memperlihatkan intima aorta normal
(1mm), ringan (2mm) ,sedang (3mm) dan berat (>4mm)
(dikutip dari
kepustakaan 4)
5.
CT-scan Angiografi
CT-scan angiografi
merupakan modalitas pemeriksaan yang akurat terutama pada pasien yang berencana
operasi atau terapi medis. Pemeriksaan ini dapat mengukur diameter trombus dan
adanya kalsifikasi. CT Angiografi dapat digunakan untuk mendiagnosa aneurisma,
diseksi, dan abnormalitas pada dinding aorta seperti ulserasi, kalsifikasi,
ataupun trombus pada sepanjang aorta dan cabang-cabangnya.15
Gambar 9. Gambaran CT-scan potongan axial aorta abdominal dengan
kalsifikasi pada dinding aorta
(dikutip dari
kepustakaan 15)
6.
MRI
Salah satu keuntungan
dari MRI pada pemeriksaan plak aterosklerosis yaitu dapat membedakan berbagai
tipe jaringan. Kemampuan ini digunakan untuk membedakan komponen plak
aterosklerosis seperti kalsifikasi, jaringan fibroseluler, lipid dan trombus.
MRI dapat digunakan untuk memonitor progresifitas dan regersi plak
aterosklerosis. Namun demikian, MRI sulit digunakan untuk mengevaluasi adanya
trombus yang mobile.4
Gambar 10. Gambaran
MRI yang menunjukkan plak pada aorta
descendens
(Dikutip dari
kepustakaan 4)
G.
DIAGNOSIS
BANDING
Intramural
hematoma
Intramural
hematoma akut merupakan hasil dari rupturnya vasa vasorum yang mengalami
perdarahan kedalam dinding aorta. Peristiwa ini sering terjadi pada aorta
desendens. Intramural hematoma ini merupakan suatu proses dari diseksi dan
ruptur. Intramural hematoma pada gambaran radiologis akan memberikan gambaran
berupa penebalan pada aorta.11,16
Gambar 11.
Gambaran CT scan potongan axial pada pasien dengan Intramural Hematoma.
(dikutip dari kepustakaan
17)
Aortitis
Aortitis
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu inflamasi pada
aorta yang mungkin disebabkan oleh vaskulitis pada pembuluh darah besar seperti
arteritis Takayasu, Giant cell arteritis, reumatik dan HLA-B27-associated
spondyloarthropaty, syndrom Behcet, ANCA-associated vasculitidis, sindrom Cogan dan infeksi
seperti sifilis, tuberkulosiss dan Salmonella, atau dihubungkan dengan fibrosis
retroperitoneal. Aortitis mungkin dapat menyebabkan dilatasi aneurisma
danregurgitasi aorta, oklusi aorta beserta cabang-cabangnya atau sindrom aorta
akut. Pada gambaran radiologis pada foto polos aortitis juga memperlihathan
gambaran kalsifikasi pada aorta.12,16
H.
TATALAKSANA
Pencegahan dan
pengobatan merupakan pengendalian aterosklerosis terhadap faktor resiko yang
telah diketahui untuk penyakit tersebut. Di dalamnya termasuk pengobatan untuk
hipertensi, hiperlipidemia, DM, dan kebiasaan merokok.5
Perubahan
gaya hidup dapat meningkatkan kerja pembuluh arteri. Dokter memiliki beberapa
tipe pengobatan untuk memperlambat atau mengatasi pengaruh arteriosklerosis dan
aterosklerosis.5
1.
Obat Penurun-kolesterol. Secara agresif
dapat menurunkan sejumlah low-density lipoprotein (LDL) yang dapat memperlambat
aliran darah, berhenti atau bahkan sebaliknya membentuk plak. Obat ini
mengandung statin dan fibrate dan diberikan dengan dosis tertentu.
2.
Pengobatan anti-platelet. Aspirin
merupakan salah satu contoh dari tipe obat ini– digunakan untuk mengurangi
kemungkinan penggumpalan kepingan darah pada aterosklerosis, terbentuknya
bekuan darah, dan terjadinya sumbatan pada pembuluh darah.
3.
Antikoagulan. Seperti Heparin atau
Warfarin ( Komadin ). Digunakan untuk mengencerkan darah dan mencegah pembekuan
untuk pembentukan arteri dan aliran darah yang mengalami sumbatan
4.
Vasodilatasi Otot pembuluh darah.
Vasodilator seperti Prostaglandin, dapat mencegah penebalan otot pada dinding
arteri dan menghentikan penyempitan arteri. Tapi efek dari obat ini kuat dan
biasanya hanya digunakan ketika obat lain tidak bekerja.
5.
Pengobatan
lainnya. Dapat disarankan beberapa pengobatan untuk mengontrol faktor resiko,
seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan level homocysteine yang tinggi.
Dapat juga disarankan obat spesifik untuk gejala tertentu, seperti klaudikasi
yang intermiten.
Jika terdapat gejala
yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan jaringan kulit untuk
berkontraksi atau salah satu organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna,
mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya: (5)
-
Angioplasty.
Prosedur pada pengobatan ini yaitu dengan cara memasukkan pipa (cateter) yang
panjang dan tipis ke dalam arteri yang tersumbat atau terhambat. Kemudian kawat
dengan balon yang kempis dimasukkan melalui kateter ke area yang terhambat
tadi. Balon itu akan mengembang, menekan plak untuk melawan dinding arteri.
Lubang pipa ( stent ) menyanggah arteri untuk membantu arteri tetap terbuka.
-
Embolectomy.
Kateter dapat juga di gunakan untuk menangkap gumpalan darah. Cara ini disebut
Embolectomy.
-
Endarterectomy.
Pada beberapa kasus mungkin dibutuhkan operasi pemindahan plak dari dinding
arteri yang terhambat. Prosedur pada pengobatan ini ahli bedah membuat insisi ,
kemudian memindahkan plak dan menutup arteri.
-
Pembedahan pembuluh darah. Dengan cara
bypass dengan mencangkokkan cabang salah satu pembuluh darah dari bagian tubuh
yang lain atau pipa yang terbuat dari serat sintetik. Cara ini akan mengalirkan
darah ke arteri yang tersumbat atau terhambat. Proses ini sangat sering
digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke kaki, tapi cara tersebut juga
dapat digunakan untuk menghambat perluasan atau kebocoran pada aneurisma aorta
-
Thrombolitik. Jika arteri tersumbat oleh
adanya gumpalan darah, biasanya diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam
arteri sampai gumpalan itu kembali normal.
-
Penggunaan Angiography. Dengan cara
memasukkan kateter kecil ke dalam arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan
tersebut di tolong dengan sinar X.
I.
PROGNOSIS
Prognosis
aterosklerosis tergantung dari jumlah faktor termasuk penyakit yang membebani,
pembuluh darah yang terlibat dan keterbatasan aliran darah. Sebagian besar variabilitas fenotipik
menentukan relatif stabilnya beban plak
pembuluh darah. Plak pecah dan pemaparan dari lipid core thrombogenic adalah peristiwa penting dalam ekspresi dari proses penyakit aterosklerosis dan menentukan prognosis aterosklerosis.5
DAFTAR PUSTAKA
1.
|
Denekamp LJ, Folcarelli PH. Penyakit Pembuluh Darah. In Hartanto H, Susi
N, Wulansari P, Mahanani DA, editors. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2005. p. 656-688.
|
2.
|
Warboys CM, Amini N, Luca Ad, Evans PC. The Role of Blood Flow in
Determining the Site of Atherosclerotic Plaque. F1000 Report Medicine. 2011
March; 3.
|
3.
|
Guyton AC, Hall EJ. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Rachman LY,
Hartanto H, Novrianti A, Wulandari N, editors. Jakarta: EGC; 2007.
|
4.
|
Kronozon I, Tunik PA. Aortic Atherosclerotic Disease and Stroke.
American heart Association. 2006; 114: p. 63-75.
|
5.
|
Boudi FB. Noncoronary Atherosclerosis Overview of Atherosclerosis.
[Online].; 2011 [cited 2012 June 10. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1950759-overview#showall.
|
6.
|
Muis M, Murtala B. Peranan Ultrasonografi dalam Menilai Kompleks
Intima-media Arteri Karotis untuk Diagnosis Dini Aterosklerosis. Praktis.
2011 April: p. 231-233.
|
7.
|
Anonim. Your Aorta. [Online].; 2012 [cited 2012 June 7. Available from: http://my.clevelandclinic.org/heart/heart-blood-vessels/aorta.aspx.
|
8.
|
Anonim. Kardiovaskular. [Online].; 2010 [cited 2012 June 7. Available
from: http://blogs.unpad.ac.id/histologi/2010/07/18/11-kardiovaskular/.
|
9.
|
Kumar V, Abbas KA, Fausto N, Mitchell R. Robbins Basic Phatology. 8th
ed. United State: Elsevier; 2009.
|
10.
|
Mughni A. Pengaruh Puasa Rhamadan terhadap Faktor-Faktor Resiko
Aterosklerosis. [Online].; 2007 [cited 2012 June 10. Available from: http://eprints.undip.ac.id/16088/1/Abdul_Mughni.pdf.
|
11.
|
Dahnert W. Radiology Riview Manual. 6th ed. Wilconsin: Lippincott
William & Wilkins; 2007.
|
12.
|
Patel PR. Lecture Notes Radiologi. 2nd ed. Safitri A, editor. Jakarta:
Erlangga; 2007.
|
13.
|
Sjahriar R. Radiologi Diagnostik. 2nd ed. Ekayuda I, editor. Jakarta:
FKUI; 2010.
|
14.
|
Miller MJ, Smith TP. Thoracic Aorta, Pulmonary Artery, and Pheripheral
Vascular Disorders. In Brant EW, Helms CA, editors. Fundamental of Diagnostic
Radiology. Virginia: Lippincott William & Wilkins; 2007. p. 672-699.
|
15.
|
Budoff MJ, Shinbane SJ. Cardiac CT imaging London: Springer; 2007.
|
16.
|
Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et
al. Harrison's: principles of Internal Medicine. 17th ed. United States:
McGraw-Hill Companies; 2008.
|
17.
|
Yu T, Zhu X, Tang L, Wang D, Saad N. Riview of CT Angiography of Aorta.
In Dogra VS, Bhatt S, editors. Radiology Clinic of North America. New York:
Elsevier Saunders; 2007. p. 461-483.
|
0 komentar:
Posting Komentar